Komnas Perempuan Sayangkan Dengan Pria Yang Menikah Dengan Nenek Ini

Komnas Perempuan Sayangkan Dengan Pria Yang Menikah Dengan Nenek Ini – Komisi Nasional Anti Kekerasan kepada Perempuan (Komnas Perempuan) menyayangkan pria di Lombok Tengah yang menikah dengan 2 wanita sekalian. Kejadian itu adalah bentuk subordinat kepada perempuan.

” Ya menurut saya itu salah perlakuan diskriminatif, tetapi mesti di cari motifnya apa, subordinat dapat akan juga berakhir pada kekerasan kepada perempuan, nah atau itu bentuk kekerasan kepada perempuan, pendayagunaan ka, apa persisnya kita tidak paham, ” tutur Ketua Komnas Perempuan, Azriana Rambe, selagi dihubungi detikcom, Jumat (7/8/2017) .

Azriana juga menyayangkan praktek tradisi yang mengizinkan pernikahan pria kepada 2 wanita sekalian. Harusnya praktik tradisi itu tak akan berjalan untuk jauhi subordinat kepada perempuan.

” Kalau dengan tradisi itu pasti lain, kita ketahui tradisi di beberapa besar orang-orang Indonesia itu memanglah prosesi pernikahannya tidak selamanya dapat penuhi ketentuan yang seperti di undang-undang perkawinan. Nah, jadi seandainya pernikahan itu ditunaikan dengan tradisi pasti kita menyayangkan praktik-praktik tradisi mirip itu masih tetap berjalan, ” tuturnya.

” Harusnya karna Indonesia telah meratifikasi konvensi anti-diskriminasi, semua bentuk subordinat kepada perempuan harusnya praktik-praktik tradisi yang mendiskriminasi perempuan itu harusnya tak akan berjalan, ” imbuhnya.

Azriana mengemukakan undang-undang Indonesia juga melarang pernikahan dengan 2 wanita sekalian. ” Sesungguhnya kan dalam ketentuan kita itu perkawinan itu kan monogami, berarti satu istri serta satu suami. Dan berarti seandainya ada berlangsung perkawinan yang poligami itu kan mesti ada satu kriteria yang tercukupi, ” tuturnya.

Komnas perempuan mau mengecek sistem pernikahan pria pada 2 wanita sekalian di Lombok. ” Akan susah berkomentar untuk info yang tidaklah terlalu utuh, kami mau mengecek mencari tahu lebih jelah mengenai praktek pernikahan ini, persisnya seperti apa. Kita perlu info itu (motifnya) seandainya memanglah dengan tradisi ini akhirnya seperti apa, mengapa ini masih tetap berlangsung, ” katanya.
(nvl/tor)